Selasa, 03 Maret 2015

Rupiah !

Oleh: Yanuar Rizky


Ada sedikit rasa bosan, jika saya ditanya "kenapa Rupiah hari ini melemah?" .. Kebosanan itu bertambah, jika yang bertanya pun tidak cukup "background" tren panjang Rupiah itu sendiri, sehingga pertanyaan cenderung diarahkan ke sesuatu yang pragmatisme ekonomi dan atau politik...

Saya sendiri, kalau dengan yang sering diskusi dan nanya ke saya sejak 5 tahun terakhir, selalu sudah "tune in" dalam bahasa gaulnya "kan udah gue bilang dari kemerin", sehingga diskusi bisa lebih progresif ke arah sampai kenapa ini yang sudah terproyeksi bisa terjadi, dan atau update terbaru dari perubahan kondisi variabel pengangu di pasar keuangan itu sendiri...

ini bukan sesuatu yang instan, kalau kita memahami investasi itu adalah transaksi hari ini untuk masa depan... MAKA, kita harusnya sudah "logis menerima" bahwa yang tejadi hari ini adalah dari tindakan masa lalu..

Kalau logika hari ini warisan masa lalu dikedepankan, tak jarang saya menemui persoalan dilarika ke "isu semata" bukan "aksi bersama", sehingga dibenturkan ini salahnya si anu lah, si itu lah.... Itu juga, saya tidak setuju, sesuatu yang harus kita hadapi secara strategis sebagai bangsa dilarikan hanya kepada kepentingan politik praktis sesaat..

JADI, apa yang akan terjadi di pasar keuangan ini adalah bagian dari strategi pemain dominannya, sejak dia memulai aktivasi strateginya yang dipikir adalah ujungnya (begining of the end), yaitu kondisi hari ini..

Kalau kita sebagai bangsa menyadari, terjebak "off side" dalam pusaran strategi pemain dominan di pasar keuangan (perang moneter Bank Sentral Negara-Negara Maju), maka bagaimana kita melepaskan diri dari jebakan off-side, itu yang harus diambil sebagai strategi variabel mempengaruhi (intervening) memecah arus ombak yang diciptakan negara maju "di laut Indonesia, dalam Samudera pasar keuangan global"..

atau kalau "intervening variable" pun tak memadai sumber dayanya, paling tidak bagaimana memoderasi "arus ombak itu", yaitu berupa "strategi solid fiskal-moneter" dalam menanam "hutan bakau", yang istilah kerennya "mitigasi resiko pasar"..

Karena, strategi adalah aksi, bukan pasif dan menyalah-nyalahkan kondisi orang (negara) lain, maka ukurannya kalau kita hanya meratap tanpa aksi, ya ini akan begini terus.. sampai sang waktu membunyikan loncengnya, yaitu "krisis harga" di masyarakat....

#‎enjoyAja‬ sambil menunggu Dian S. Prastowo selesai membereskan blog internet pemikiran pribadi saya di rizky.elrizky.net (entah kenapa web kami www.elrizky.net selalu diserang oleh spamer dan para penyusup, sedih juga.. hiks.. hiks...)